Gajah Mada adalah seorang panglima perang
dan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit. Menurut
berbagai sumber mitologi, kitab, dan prasasti dari zaman
Jawa Kuno, ia memulai kariernya tahun 1313M, dan semakin menanjak setelah peristiwa
pemberontakan Ra Kuti pada masa pemerintahan Sri Jayanagara,
yang mengangkatnya sebagai Patih. Ia menjadi Mahapatih (Menteri
Besar) pada masa Ratu Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi (Perdana
Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.
Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa,
yang tercatat di dalam Pararaton. Ia menyatakan tidak akan
memakan palapa sebelum berhasil menyatukan Nusantara.
Meskipun ia adalah salah satu tokoh sentral saat itu, sangat sedikit
catatan-catatan sejarah yang ditemukan mengenai dirinya. Wajah sesungguhnya
dari tokoh Gajah Mada, saat ini masih kontroversial. Banyak masyarakat
Indonesia masa sekarang yang menganggapnya sebagai pahlawan dan
simbol nasionalisme Indonesia dan persatuan
Nusantara.
Karena jasa dan kecakapannya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih
Amangkubhumi Majapahit menggantikan Arya Tadah. Ketika pengangkatannya sebagai
patih Amangkubhumi pada tahun 1258 Saka (1336 M) Gajah Mada
mengucapkan Sumpah Palapa yang berisi bahwa ia akan
menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan
duniawi) bila telah berhasil menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat
dalam kitab Pararaton dalam teks Jawa
Pertengahan yang berbunyi sebagai berikut
Sira
Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun
huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring
Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa
|
bila
dialih-bahasakan mempunyai arti :
Ia,
Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa, Gajah Mada
berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya (baru akan)
melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru,
Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan)
melepaskan puasa
Berawal dari Sumpah
Palapa yang diucapkannya, Patih Gajah Mada pun membuktikan sumpahnya dengan
mulai menyatukan nusantara dari Pulau Sumatera, Tumasik yang saat ini dikenal
dengan Singapura, Semenanjung Malaya, hingga kawasan Indonesia Timus, seperti
Ambon, Sumba, dan Dompo. Di zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350M-1389M)
yang menggantikan Tribhuwanatunggadewi, Patih Gajah Mada terus mengembangkan
penaklukan ke wilayah timur.
Perang
Bubat adalah perang yang terjadi pada tahun 1279
Saka atau 1357 M pada abad ke-14, yaitu di masa pemerintahan
Raja Majapahit Hayam Wuruk. Peristiwa Perang Bubat diawali dari
niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah
Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda. Perang terjadi akibat perselisihan
antara Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan
Sunda di Pesanggrahan Bubat. Pada awalnya Gajah Mada ingin
menggunakan kesempatan ini agar Pajajaran mau mengakui kedaulatan Majapahit,
yakni dengan menjadikan Dyah Pitaloka sebagai selir Raja Hayam Wuruk dan
bukan sebagai permaisuri. Hal ini tidak dapat diterima oleh Pajajaran karena
dianggap merendahkan derajat. Akhirnya pecah pertempuran yang mengakibatkan
terbunuhnya Sri Baduga dengan putriya dan seluruh pengikutnya di Lapangan
Bubat. Akibat peristiwa itu, Gajah Mada menemui kegagalan, karena dengan
adanya Peristiwa Bubat belum berarti Pajajaran sudah menjadi wilayah
Kerajaan Majapahit. Bahkan Kerajaan Pajajaran terus berkembang secara
terpisah dari Majapahit. Gajah Mada wafat pada tahun 1364 M.
Atas segala
perjuangan Gajah Mada memperluas kekuasaan Majapahit di Nusantara, banyak
pernghormatan yang telah dilakukan, yakni:
Jadi, apakah hubungannya dengan
Satelit Palapa?
Sebagai salah
seorang tokoh utama Majapahit, nama Gajah Mada sangat terkenal di masyarakat
Indonesia. Pada masa awal kemerdekaan, para pemimpin antara lain Soekarno
sering menyebut sumpah Gajah Mada sebagai inspirasi dan "bukti"
bahwa bangsa ini dapat bersatu, meskipun meliputi wilayah yang luas dan
budaya yang berbeda-beda. Dalam mempertahankan persatuan itu diperlukan
suatu sistem komunikasi satelit domestik untuk memperlancar hubungan di
Nusantara yang luas dan yang sedang bergerak dengan cepat dalam masa
pembangunan ini sehingga diluncurkanlah sistem komunikasi satelit
domestik yang dinamakan "Palapa" sebagai lambang terjelmanya sumpah
Gajah Mada untuk mempersatukan Nusantara.
Sekian dan terima kasih!
|